Thursday, 19 January 2012

DAMPAK PERUBAHAN CUACA TERHADAP MIKOTOKSIN PADA PRODUK PANGAN

Oleh: Rinto
1.      Mikotoksin dan bahaya yang ditimbulkan
Mikotoksin merupakan kelompok zat kimia beracun yang dihasilkan oleh jamur/kapang yang biasanya tumbuh pada sejumlah tanaman. Mikotoksin dapat diproduksi sebelum proses pemanenan tanaman dan dapat meningkat secara dramatis setelah panen jika kondisi pasca panen menguntungkan untuk pertumbuhan jamur lebih lanjut. Paparan mikotoksin pada manusia dapat terjadi secara langsung melalui konsumsi bahan pangan dari produk pertanian yang terkontaminasi mikotoksin seperti jagung, beras, dan gandum, maupun dari produksi hewan ternak seperti susu. 
Pada dosis tinggi, mikotoksin menghasilkan gejala-gejala akut dan kematian, namun pada dosis yang lebih rendah, mikotoksin tidak menghasilkan gejala klinis yang signifikan untuk kesehatan masyarakat. Beberapa mikotoksin memiliki sifat carcinogenic, immunosuppressive, neurotoxic, estrogenic  ataupun teratogenic activity. Beberapa jenis kapang yang menghasilkan mikotoksin dapat dilihat pada Tabel 1.
Keberadaan mikotoksin pada bahan pangan maupun pakan akibat oleh adanya pembentukan mikotoksin oleh beberapa jamur/kapang. Beberapa jenis kapang yang menghasilkan mikotoksin dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Jenis Kapang dan Mikotoksin yang Dihasilkan

No
Jenis Kapang
Mikotoksin
1
Aspergillus parasiticus
Aflatoxins B1, B2, G1, G2
2
Aspergillus flavus
Aflatoxins B1, B2
3
Fusarium sporotrichioides
T-2 toxin
4
Fusarium graminearum

Deoxynivalenol (or nivalenol)
Zearalenone
5
Fusarium moniliforme
(F. verticillioides)
Fumonisin B1

6
Penicillium verrucosum
Ochratoxin A
7
Aspergillus ochraceus
Ochratoxin A
Sumber: FAO (2004)

Dilihat dari sifat mikotoksin yang dapat menyebabkan carcinogenic, immunosuppressive, neurotoxic, estrogenic  ataupun teratogenic activity maka beberapa Negara mengatur kandungan mikotoksin pada beberapa bahan pangan/pakan dengan menetapkan batasan maksimumnya.
Tabel 2. Standar maksimum mikotoksin di beberapa Negara

Micotoxin
Bahan panganpakan
Limits in Food or Feed (ug/kg or ppb)


USA
UE
Jepang
Cina
Indonesia
Aflatoxin,
All foods, except milk
20
2-15
10
-
0,5
Aflatoxin
Rice products
20
10
10
10
-
Aflatoxin M1
Milk
0,5
0,05
10
0,5
0,5
Aflatoxin
Most feed for finishing
animals, except swine
300
20
20
-
-
Aflatoxin
Feed for young animals
20
10
10
-
-
Fumonisin B1B2B3
Whole or partially degermed
dry milled corn products
4000
1750
-
-
2000
Fumonisin B1B2B3 Popcorn
Popcorn
3000
1750
-
-
1000
Fumonisin B1B2B3
Degermed dry milled corn
Products
2000



2000
Ochratoxin
A Dried vine fruits

10


10
Ochratoxin 5
A Cereal grains

5


5
Deoxynivalenol (DON)
Finished wheat for humans
1000
500
1100
1000
1000
Deoxynivalenol (DON)

Grain and by products,
Ruminants
10000

4000


Deoxynivalenol (DON)
Grain for swine
5000

1000


Patulin 50 50 50
Apple juice and concentrates
50
50
50
-
50
Patulin

Apple products labeled for
Children
50
10

50
10
Zearalenone
Animal feeds
-
-
1000
-
-

Sumber: Benbrook, 2011

Sebagian standar maksimum mikotoksin di USA, UE, Jepang dan Cina belum ditetapkan Indonesia, dan sebaliknya beberapa astandar maksimum mikotoksin di Indonesia tidak diterapkan di beberapa Negara. Hal ini terkait dengan kebijakan Negara masing-masing yang mengatur regulasi mikotoksin dengan mempertimbangkan kepentingan konsumen dan produsennya. Lebih jelasnya, batasan kandungan mikotoksin di Indonesia yang diatur dalam SNI 7385 Tahun 2009, Dalam beberapa tahun terakhir keracunan akut yang disebabkan oleh adanya aflatoksin banyak dilaporkan. Di Kenya terdapat 125 kematian terjadi pada kasus keracunan yang menimpa 317 kasus keracunan akibat mengkonsumsi jagung yang terkontaminasi aflatoksin selama tahun 2004-2006 (Aziz-Baumgartner et al, 2005;.. Nyikal et al, 2004).  Beberapa pengaruh mikotoksin pada manusia dan hewan dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Pengaruh mikotoksin pada manusia dan hewan
No
Micootoxin
Human health effects
Animal health effects
1
Aflatoxin
Liver cancer
Liver damage
Acute aflatoxicosis
Immune suppression
Immune suppression
Reduced weight gain and productivity
Stunted growth in children
Lower eggshell quality in poultry
2
Fumonisins
Esophageal cancer
Equine leukoencephalomalacia
Neural tube defects in babies
Porcine pulmonary oedema
Potentially increased susceptibility to HIV
Immune suppression

Reduced weight gain and productivity
3
Deoxynivalenol
Gastrointestinal disorders
Gastrointestinal disorders
Immune disfunctions
Immune disfunctions
Reduced weight gain and productivity
Reduced weight gain and productivity
Sumber: Wu, et al., 2011
Aflatoksin, yang dihasilkan oleh jamur Aspergillus flavus dan Aspergillus parasiticus, adalah racun alami yang paling ampuh menyebabkan kanker hati (Groopman et al., 2008). Aflatoksin dapat mencemari berbagai bahan pangan/pakan termasuk jagung, kacang tanah, biji kapas, dan berbagai rempah-rempah  (Bandyopadhyay et al, 2007.). Untuk orang yang secara kronis terinfeksi hepatitis B atau C virus, konsumsi aflatoksin meningkatkan resiko kanker hati (carsinoma hepatoseluler) hingga tiga puluh kali lipat (Groopman et al., 2008). Aflatoxicosis akut dapat menyebabkan gejala kerusakan pencernaan, kerusakan hati, dan bahkan kematian. Dalam beberapa tahun terakhir, ratusan kasus aflatoxicosis  di Afrika terkait dengan konsumsi jagung (Lewis et al., 2005).
Paparan aflatoksin juga berhubungan dengan immunotoxicity pada manusia (Jolly et al, 2006), selain itu aflatoksin juga menyebabkan pertumbuhan yang terhambat pada anak-anak, disebabkan oleh kerusakan usus (Gong et al.,  2008). Dalam banyak spesies hewan, aflatoksin B1 dapat menginduksi tumor hati dan dikaitkan dengan immunotoxicity, berkurangnya kenaikan berat badan dan produktivitas dengan menurunkan produksi telur dan kualitas cangkang unggas (Bondy dan Pestka, 2000). 
Fumonisins, yang dihasilkan oleh jamur Fusarium verticillioides dan Fusarium proliferatum, adalah kelompok mikotoksin yang terutama mencemari jagung. Penelitian epidemiologi telah dikaitkan dengan peningkatan resiko fumonisin terhadap kanker esofagus pada manusia di Afrika, Amerika Selatan, dan Asia, serta penduduk Afrika Amerika di Charleston, South Carolina (Marasas, 1996). Konsumsi Fumonisin juga telah dikaitkan dengan kerusakan neural tube  (saluran saraf) di sepanjang perbatasan Texas-Meksiko (Marasas et al, 2004, Missmer et al, 2006). Tingkat fumonisin yang tinggi dalam makanan hewan  menyebabkan penyakit leukoen cephalomalacia pada kuda dan pulmonary oedema (paru-paru) pada babi dan berbagai efek merugikan lainnya pada beberapa spesies hewan mulai dari pengaruh pengurangani berat badan, produktivitas serta immunotoxicity (Wu dan Munkvold, 2008). Penelitian terbaru menghubungkan keterkaitan fumonisin di Afrika dengan peningkatan  kerentanan terhadap HIV (Williams et al., 2010).
Deoxynivalenol (DON), juga disebut 'vomitoxin', diproduksi oleh jamur Fusarium graminearum dan Fusarium culmorum. Ini menyebabkan pengaruh disfungsi pencernaan (misalnya anoreksia, muntah, dan mual), pengaruh terhadap
immunotoxicity dan kehilangan produktivitas (Bondy dan Pestka,
2000). Penelitian terbaru menyebutkan adanya pengaruh  DON terhadap fungsi kekebalan dan berat badan pada hewan yang dapat mengakibatkan kerugian ekonomi yang serius jika mengkonsumsi DON dalam kadar yang tinggi dalam makanan (Amuzie dan Pestka, 2010). Bukti toksikosis DON pada manusia jarang dijumpai (Sudakin, 2003), meskipun studi epidemiologis di Cina menunjukkan bahwa DON dapat menyebabkan efek emetik pada manusia (Pestka dan Smolinski, 2004). Studi pada sel-sel usus manusia menunjukkan bahwa DON dapat  mempengaruhi penyerapan zat gizi (Maresca et al., 2002)

2.      Komoditi Potensial tercemar Mikotoksin
Dari bermacam jenis mikotoksin, aflatoksin merupakan salah satu yang paling banyak dibicarakan di Indonesia. Tabel 9 menunjukkan beberapa mikotoksin yang relatif sering dijumpai. Mikotoksin dapat muncul disepanjang alur pengadaanbahan pangan/pakan, mulai dari penanaman, panen sampai penyimpanan. Bisa jadi sebelum bahan pangan/pakan dipanen, sudah terkontaminasi mikotoksin.
Fusarium, penghasil mikotoksin jenis zaeralenone, trichothecenes, fumonisin, merupakan contoh jamur yang paling sering mengkontaminasi selama masa penanaman. Sedangkan jamur yang sering mengkontaminasi selama di gudang penyimpanan ialah Aspergillus dan Penicillium yang menghasilkan aflatoksin dan ochratoxin. Pada umumnya dalam keadaan normal, jamur-jamur tersebut hidup secara saprofit (menumpang pada inang tetapi tidak mengambil makanan dari inang tersebut). Akan tetapi, jika keadaan lingkungan sekitarnya berubah menjadi ideal yaitu suhu udara baik, kelembaban cukup tinggi dan ada substrat yang cocok untuk ditumpangi, maka jamur tersebut akan tumbuh subur dan memproduksi mikotoksin.
Berdasarkan data survei mikotoksin di Asia Tenggara (Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand dan Vietnam) pada 2009, menunjukkan bahwa aflatoksin B1 dan fumonisin paling sering ditemukan mengkontaminasi bahan pangan (jagung, gandum, bekatul, bungkil kedelai, corn gluten meal, DDGS) maupun ransum jadi dengan persentase sampel positif mencapai 52% sampai  58%. Inilah yang menjawab pernyataan kenapa aflatoksin paling familiar di dunia pangan.
Tabel 9. Jenis Mikotoksin dan sumber Bahan yang sering Terkontaminasi

No
Jenis Mikotoksin
Jamur/Kapang
Bahan yang sering terkontaminasi
1
Aflatokxin
Aspergilus flavus
Aspergilus paraciticus
Jagung, biji kapuk, kacang, kedelai
2
Ochratoxin A
Aspergilus ochraceus
Aspergillus nigri
Penicillium verrucoosum
Gandum, barley, oats, jagung
3
Trichothecenes (DON, T-2, DAS)
Fusarium graminearum
Fusarium culmorum
Jagung, gandum, barley
4
Zearalenon
Fusarium graminearum
Jagung, gandum, barley, rumput
5
Fumonisin
Fusarium verticibides
Fusarium proliferatum
Jagung
6
Moniliformin
Fusarium miniliformin
Jagung
7
Patulin
Penicilium requeforti
Apel, Silase rumput
Sumber: National Research Council (NRC), 2004 dalam www. Infomedion.co.id

3.      Pengaruh Perubahan Cuaca terhadap Mikotoksin
Suhu permukaan bumi yang terus mengalami pemanasan akan berpengaruh terhadap pola iklim, yang tentunya juga menyebabkan perubahan-peruahan di bumi. Kondisi ini menuntut para petani, industri-ndustri makanan, serta pembuat kebijakan harus peduli tentang resiko perubahan mikotoksin baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. Dalam jangka pendek, suhu dan curah hujan dapat mendukung ataupun menghambat pertumbuhan jamur serta kontaminasi mikotoksin pada berbagai produk pertanian. Dalam jangka panjang, tren iklim dapat menimbulkan  dampak jangka panjang terhadap penyebaran jamur, mikotoksin, dan penyebaran tanaman pembawa jamur.
Mikotoksin merupakan salah satu risiko bawaan makanan yang tergantung pada kondisi iklim. Kemampuan jamur untuk menghasilkan mikotoksin sangat dipengaruhi oleh suhu, kelembaban relatif, serangan serangga dan kondisi stres tanaman (Miraglia et al., 2009). Selain  itu, curah hujan yang lebih ekstrim yang disertai dengan suhu tinggi akan mendukung pembentukan DON dan fumonisin. Pertumbuhan dan produksi mikotoksin bervariasi tergantung pada kondisi tanaman yang terinfeksi, serta beberapa faktor lain  yang mendukungnya, seperti perbedaan suhu. Perubahan suhu dapat memiliki pengaruh yang berbeda pada pertumbuhan jamur atau toksin yang dihasilkan. Wu et al., 2011, mengkaji beberapa pertumbuhan jamur/kapang dan produksi mikotoksin pada beberapa suhu, dan Aw. Masing-masing kapang memiliki suhu optimum pertumbuhan dan pembentukan mikotoksin yang berbeda  namun dalam kisaran suhu 20-35oC. Sumber: Wu, et al., 2011

a. Perubahan iklim dan kontaminasi aflatoksin
Faktor terbesar yang berkontribusi terhadap konsentrasi tinggi dari aflatoksin adalah stres pada jamur akibat suhu tinggi dan kekeringan (kemarau). Tingginya suhu dan kondisi kering mendukung pertumbuhan dan penyebaran dari A. flavus yang merusak pertumbuhan dan perkembangan jagung (Cotty dan Jaime-Garcia, 2007).  Tingginya suhu dan curah hujan yang rendah mendukung produksi konidia pada  A. flavus dan penyebarannya.
Shearer (1992) menemukan adanya A. flavus  di tanah Iowa pada tahun 1988 dengan jumlah  1.200 cfu/g. Populasi ini,  turun menjadi 700 dan 396 cfu/g pada 1989 dan 1990 dan untuk 14 cfu/g pada tahun 1991 dan 0,3 cfu/g oleh 1993 (McGee et al., 1996).  Beberapa studi melaporkan bahwa suhu tanah yang tinggi disertai dengan kekeringan berkorelasi positif dengan kontaminasi aflatoksin dan peningkatan kejadian aflatoxigenic (Jaime-Garcia dan Cotty, 2010).  Jones et al. (1980) menemukan bahwa konsentrasi spora A. flavus negative pada udara ketika curah hujan tinggi dan sebaliknya pada kondisi udara kering produksi dan penyebaran inokulum A. flavus meningkat.

b.  Perubahan iklim dan kontaminasi fumonisin
Faktor-faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan Fusarium dan kontaminasi fumonisin adalah suhu, adanya kerusakan oleh serangga, stres kekeringan, dan aktivitas air (Bush et al, 2004). Meskipun jamur yang memproduksi fumonisin dapat ditemukan di manapun jagung tumbuh, namun pembentukan fumonisisn sangat bervariasi yang dipengaruhi oleh kondisi geografis. Pada gandum dan jagung, terbentuknya fumonisin yang tumbuh di daerah dataran rendah, biasanya lebih besar dibandingkan di daerah ketinggian. Hal ini disebabkan karena di dataran rendah kondisi suhu yang relatif lebih hangat daripada didaerah tinggi.
Di Amerika Tengah dan Amerika Selatan serta Asia Tenggara, fumonisins
merupakan
ancaman penting produksi jagung. Dilain pihak DON mendominasi pada daerah yang lebih tinggi. Di Eropa, risiko fumonisin lebih tinggi di Italia, Spanyol, dan Prancis. Di Afrika, semua daerah penghasil jagung beresiko untuk terkontaminasi fumonisins.
De la Campa et al. (2005) menjelaskan pengaruh musim (suhu dan curah hujan) dengan konsentrasi fumonisin pada biji jagung. Suhu antara 15 dan 34 °C merupakan suhu optimum pertumbuhan kapang. Pembentukan fumonisins lebih tinggi ketika suhu harian maksimum melebihi 34 °C dengan curah hujan > 2 mm.  Menurt Maiorano et al. (2009),  Sporulasi, germinasi dan pertumbuhan F. verticillioides optimum pada 25-30 °C.  Kondisi yang optimal untuk produksi fumonisin adalah pada suhu 30 °C dan aktivitas air yang tinggi (Marin et al, 1999). Namun, kondisi optimal untuk produksi fumonisin oleh F. proliferatum terdapat suhu yang lebih rendah.  

c.   Perubahan iklim dan kontaminasi deoxynivalenol
Pada jagung, pembentukan DON oleh jamur terjadi pada kondisi lembab. DON terbentuk akibat adanya curah hujan yang tinggi di akhir pertumbuh kapang (Payne, 1999). Berdasarkan pada profil trichothecene, isolat dari F. graminearum dapat diklasifikasikan ke dalam tiga kelompok besar, yaitu 15-asetil-deoxynivalenol (15-ADON), 3-asetil- deoxynivalenol (3-ADON) dan nivalenol (NIV). 15-ADON dominan di Amerika Utara dan 3-ADON di Amerika Selatan dan Eropa (Gale et al, 2007;.. Ward et al, 2002). Namun, studi terbaru menunjukkan bahwa frekuensi 3-ADON meningkat dengan pesat di Amerika Utara, menggantikan 15-ADON (Puri dan Zhong, 2009). Mereka beranggapan bahwa peningkatan frekuensi 3-ADON mungkin disebabkan karena kondisi optimal (kebugaran) dari isolate 3-ADON dalam gandum dibandingkan isolate15-ADON, karena isolate 3-ADON telah terbukti lebih agresif daripada 15-ADON dalam menghasilkan spora dan DON serta memiliki tingkat pertumbuhan yang lebih cepat (Ali et al, 2009).
Peran perubahan iklim terhadap penyebaran F. graminearum di AS sampai saat ini belum diketahui. Studi lapangan akan bermanfaat dalam menentukan: (1) apakah persyaratan suhu yang berbeda antara isolate penghasil 3-ADON dan 15-ADON, dan (2) apakah ada perbedaan dalam saprophytic dan kondisi patogen serta kemampuan produksi DON antar 3-ADON dan 15-ADON pada kondisi cuaca tertentu dari proyeksi perubahan iklim.







           

1 comment:

  1. Bandar Judi Bola, Live Casino, Agen Poker & Live Game Terbaru dan Terpercaya di Asianbola77
    Gampang Daftar, Gampang Main dan Gampang Menangnya..

    1 USER ID UNTUK SEMUA PERMAINAN :
    - SPORTBOOK
    - LIVE CASINO
    - POKER
    - SLOT GAME
    - LIVE GAME

    Segera Bergabung Bersama Kami di Asianbola77
    Promo Menarik Dari Asianbola77
    - Minimal Deposit Rp 25.000
    - Minimal Withdraw Rp 50.000
    - BONUS NEW MEMBER SPORTBOOK 100%
    - BONUS DEPOSIT HAPPY HOUR 09:00 - 21:00 WIB
    - BONUS CASHBACK UP TO 15%
    - BONUS LIVECASINO UP TO 0,8%
    - BONUS ROLLINGAN POKER 0,3%
    - BONUS REFFERAL 2.5%
    Contact Us Now :
    ?? Wechat : Asianbola77
    ?? BBM : DC8820C7
    ?? Wa : +6281244043118
    ?? Line : Asianbola77
    ?? Link Pendaftaran : lc.chat/now/9325575/

    ReplyDelete